Manusia

-
Hi. Pernahkah kamu memikirkan tentang arti sebenarnya menjadi seorang manusia?

Pernahkah kau menyadari betapa menyebalkan menjadi seorang manusia?

Mungkin kamu pernah. 

Malam ini aku menemukan sebuah webtoon yang berjudul "Pie Game" oleh Jisoo Bae. 

Aku membaca episode pertamanya dan ceritanya membicarakan 3 alasan mengapa manusia menderita. 

Disebutkan di dalamnya, alasan pertama manusia menderita adalah manusia selalu membandingkan dirinya dengan orang. Tidak bisa menerima dirinya. 

Alasan kedua, manusia selalu berada di batas yang tidak jelas antara keberhasilan dan kegagalan. Manusia selalu berusaha untuk mendapatkan kesuksesan. Kita bisa mencapainya dan itu tidak mustahil apabila kita hanya tidur sebentar dan terus bekerja. Kita pasti memiliki bisa memiliki semuanya. 

Tapi itu memakan waktu yang sangat lama.

Kalau tak sanggup, kita bisa memilih untuk menyerah dengan menerima perbedaan antara diri sendiri dan orang lain. 

Sayangnya manusia tidak bisa melakukannya. 

Alasan ketiga penyebab manusia menderita yaitu tidak mampu mengambil keputusan yang rasional. Dalam webtoon itu diberikan contoh bahwa Manusia mudah terpengaruh oleh emosi. Manusia dapat membakar rumah hanya karena ada serangga di rumahnya.
Bahkan dengan mudahnya menjadi iri dan dengki pada saudara yang mampu membeli rumah baru. 

Ketika membacanya aku hanya nyengir dan tertawa dalam hati. 

Begitulah manusia. 

Menurutku hal itu benar adanya, manusia rasional macam mana pun pasti berlaku seperti itu.

Manusia adalah makhluk yang bodoh dan naif yang mengaku dirinya bisa sepanjang waktu. 

Ketika ia tak mampu ia menyalahkan dunia dan dirinya atau bahkan orang lain atas ketidaksanggupannya. 

Padahal kuncinya adalah sederhana. 

Cukup dengan menerima keadaan dan bernafas perlahan. 

Karena tujuan akhir semuanya adalah kebahagiaan. 

Daripada bahagia di akhir, mengapa tidak memilih bahagia sejak awal?


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hello November

-
 Apakah kamu menyadari perubahan yang terjadi pada dirimu?  Sudahkah kau bertambah dewasa? Selamat tinggal Oktober, kita akan berjumpa kembali tahun depan.  Banyak hal yang aku alami selama beberapa bulan ini. Covid menjadi cerita tersendiri. Ia membuat kita menjadi sosok yang berbeda.  Tak banyak yang dapat kita lakukan.  Aku merindukan suasana di luar, angin sepoi yang menerjang pipiku di saat panas terik matahari menyinari kota tempat tinggalku.  Aku merindukan duduk di luar memandangan kendarangan yang lalu lalang, meskipun aku tak terlalu suka jalan-jalan.  Aku rindu hanya berjalan berkeliling tanpa arah sendirian.  Menghirup udara segar.  Aku rindu semuanya.  Aku merasa aku telah berubah. Aku tidak seperti diriku yang sesungguhnya. Aku hanya membuang waktuku dan merasa semuanya berlalu begitu cepat.  Aku lelah.  Tapi apa yang bisa aku perbuat.  Tak banyak yang bisa aku lakukan. Aku selalu overthinking, memikirkan mas...
Baca selengkapnya

Aku Rindu, Kembalilah

-
Gambar
Pesonamu bagai kicauan burung Senyummu bagai senja dikala terang Aku menanti dengan harap Ada waktu kita akan di satu masa lagi Kilaumu saat itu mengagumkan kedua mata Suaramu terdengar bagai pelipur para cendekia Mereka menari bersamamu  Bangkit saat terjatuh dan berlari kemudian Air mata dan darahmu tak mengering Ia tergenang dalam sukma Terjebak dalam ilusi kefanaan Kau hanya perlu kembali  Aku ingin dirimu Berbalik arah dan melihat cermin Menengadahkan kepala ke atas menatap langit malam Menunggu pagi, karena dirimu adalah diriku Yang telah lama hilang Kembalilah Malang, 21 Juli 2020  
Baca selengkapnya

Mungkin Aku Hanya Bersandiwara

-
Menulis ini menjadi sesuatu yang aku harapkan dapat membuatku merasa lebih baik. Lebih merasa menjadi manusia yang lebih manusiawi. Aku sadari aku hanyalah manusia berdosa. Aku jauh dari kata sempurna.  Ada banyak hal yang aku takuti di dunia ini. Ada banyak hal yang membuatku ingin bersembunyi. Bahkan mengubur diriku jauh ke dalam kegelapan supaya aku tak tertangkap. Aku ternyata sudah tenggelam di dalamnya. Aku merasa sesak dan tak bisa bangkit.  Itulah yang aku rasakan.  Namun setelah lama aku berpikir atau terlalu banyak berpikir ternyata aku hanya berputar dalam putaran waktu yang aku harap berhenti dan tak pernah berlanjut lagi. Ketakutan akan masa depan yang tak pernah ingin aku bayangkan namun selalu terbayang. 
Baca selengkapnya