Mungkin Aku Hanya Bersandiwara

Menulis ini menjadi sesuatu yang aku harapkan dapat membuatku merasa lebih baik. Lebih merasa menjadi manusia yang lebih manusiawi. Aku sadari aku hanyalah manusia berdosa. Aku jauh dari kata sempurna. 

Ada banyak hal yang aku takuti di dunia ini. Ada banyak hal yang membuatku ingin bersembunyi. Bahkan mengubur diriku jauh ke dalam kegelapan supaya aku tak tertangkap. Aku ternyata sudah tenggelam di dalamnya. Aku merasa sesak dan tak bisa bangkit. 

Itulah yang aku rasakan. 

Namun setelah lama aku berpikir atau terlalu banyak berpikir ternyata aku hanya berputar dalam putaran waktu yang aku harap berhenti dan tak pernah berlanjut lagi. Ketakutan akan masa depan yang tak pernah ingin aku bayangkan namun selalu terbayang. 

Kata-kata yang aku tulis ini pun berputar-putar dan aku sadari itu. 

Semua berawal ketika aku mencoba mengingat siapa diriku di masa lalu. 

Aku terkadang berpikir aku adalah orang baik, dahulu dan tidak sekarang. 

Kenyataannya, aku hanya bersandiwara mengira bahwa diriku orang baik. 

Ternyata aku lebih buruk dariku yang sekarang. 

Aku sangat jahat. 

Aku sadari saat ini. 

Ketakutan akan dibenci dan dijauhi oleh orang-orang yang aku anggap sayang padaku. Terasa begitu menyakitkan dan menyiksa. Berdiam diri, kesakitan, menderita, memohon pertolongan tapi tak ada yang peduli. 

Aku tahu rasanya diabaikan. 

Aku bertanya, "apa salahku?"

Aku tahu sekarang. 

Karena "Aku jahat" 

Aku pernah menjadi orang yang paling jahat di dunia. 

Benar aku tak pernah membunuh dengan pisau atau benda tajam lainnya. 

Aku hanya jahat dengan menjadi diriku yang dahulu. 

Diriku yang sombong, diriku yang egois dan menyebalkan. 

Diriku yang berkata tajam dan tak peka akan perasaan orang lain. 

Berkata-kata sampah tentang orang lain di belakangnya seakan tahu semua tentangnya. 

Aku salah. Salah besar. 

Aku tak pernah tahu cerita mereka. Aku hanya menduga, dan menganggap itulah kebenarannya. 

Aku yang jahat yang tak pernah mengalah, aku yang selalu menyalahkan yang lain. 

Aku yang dengan sombongnya mengira diriku paling baik. 

Bahkan dengan mudahnya berlaku bijak seakan makhluk suci dan cerdas. 

Aku membencinya, dan aku bersyukur. 

Aku bersyukur, aku menyadarinya sekarang. 

Betapa munafik dan dramanya aku dahulu. 

Aku menyadarinya. 

Aku hanya bersandiwara tanpa sadar menjadi orang baik. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hello November

Aku Rindu, Kembalilah